Connect with us

Nasional

AJI Indonesia: Cuitan Pribadi Tidak Boleh Jadi Alasan Melarang Jurnalis Liputan

Published

on

TIMIKA, HaIPapua.com – Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia menyesalkan cuitan jurnalis British Broadcasting Corporation (BBC), Rebecca Alice Henschke (37) menjadi dasar untuk menghalangi aktivitas peliputan jurnalis di Papua.

Ketua Umum AJI Indonesia, Abdul Manan mengatakan tidak ditemukan ada pelanggaran administratif yang dilakukan jurnalis BBC tersebut, namun ketiganya digiring menuju bandara untuk naik pesawat ke Jakarta.

“Kami mengecam pengusiran jurnalis BBC ini. Peristiwa ini juga mengesankan ada ketakutan pemerintah terhadap peliputan media asing soal kondisi Papua,” kata Abdul Manan, Ketua Umum AJI Indonesia dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (3/2/2018).

Pengusiran jurnalis BBC itu, kata Manan, tidak sejalan dengan janji Presiden Joko Widodo di Merauke 2015 lalu yang menegaskan bahwa Papua terbuka bagi jurnalis asing untuk melakukan peliputan. Pernyataan senada juga disampaikan Pemerintah saat Indonesia menjadi tuan rumah peringatan World Press Fredom Day, 3 Mei 2017.

“Kasus terbaru di Papua ini merupakan salah satu indikasi bahwa pemerintah tak serius dengan janjinya untuk lebih membuka akses jurnalis ke Papua,” kata Manan.

Informasi yang dihimpun Bidang Advokasi AJI Indonesia, 3 jurnalis BBC yang sedang liputan di Asmat itu diperiksa polisi di Asmat karena salah satunya membuat cuitan di akun twitternya, dalam teks dan foto, soal bantuan untuk anak yang mengalami gizi buruk di Asmat berupa mie instan, minuman ringan dan biskuit.

“Kami menilai cuitan seharusnya tidak digunakan sebagai alasan TNI untuk mengusir jurnalis. Cuitan apapun, karena cuitan pribadi,” kata Ketua Bidang Advokasi AJI Indonesia, Hesthi Murthi.

(Baca Juga: Sebar Kebohongan di Akun Twitternya, Jurnalis BBC Dipulangkan dari Asmat)

Hesthi menambahkan, kasus ini juga menunjukkan bahwa aparat negara tidak memahami fungsi pers sebagai alat kontrol sosial seperti disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers. “Kritik yang disampaikan media berdasarkan fakta di lapangan seharusnya disikapi dengan bijak sebagai masukan untuk memperbaiki penanganan campak dan busung lapar di Asmat dan Papua, bukan malah dijadikan dalih untuk membatasi akses jurnalis,” kata Hesthi.

Tidak Ada Pelarangan

Seperti diberitakan sebelumnya, jurnalis BBC Rebecca Alice Henschke (37) dipulangkan dari Kabupaten Asmat ke Timika untuk menjalani pemeriksaan di Imigrasi Timika, menyusul cuitan di akun twitternya (@rebeccahenscke) yang menyebarkan kebohongan dan menyudutkan anggota TNI.

TNI members buying Papuan birds caught in the jungle” bunyi cuitan Rebecca di akun twitternya pada Kamis (1/2) pukul 14.23 WIT.

Dalam cuitan itu, Rebecca menyertakan foto dua anggota TNI sedang memegang anak burung nuri kepala hitam yang disandingkan dengan foto induk burung nuri yang disimpan dalam box. Belakangan cuitan ini sudah tidak terlihat di akun milik Rebecca.

“Kami sudah klarifikasi ke anggota TNI yang ada dalam foto dan mereka mengaku hanya melihat anak burung yang dibawa oleh warga. Mereka tidak bermaksud membeli burung itu dan tidak tahu dengan box yang berisi induk burung nuri dalam foto yang disandingkan dengan foto mereka dalam cuitan Rebecca,” kata Kepala Penerangan Kodam XVII Cenderawasih, Kol Inf M Aidi di Jayapura, Papua, Jumat (2/2) kemarin.

Cuitan lain dari Rebecca ketika menulis tentang bantuan untuk penderita gizi buruk di Kabupaten Asmat yang berupa mie instan, minuman ringan dan biskuit, namun disandingkan dengan barang dagangan milik pedagang di pelabuhan speedboat Agats.

This is the aid coming in for severely malnourished children in papua -instant noodles, super sweet soft drinks and biscuits” isi cuitan Rebecca pada Kamis (1/2) pukul 14.25 WIT. Cuitan ini dilanjutkan dengan cuitan berikutnya, Children in hospital eating chocolate biscuits and that’s it.

“Terpaksa kami amankan dan laporkan Rebecca ke polisi, karena dia terkesan tidak melakukan peliputan. Bahkan dia terkesan mencoba memojokkan TNI dengan postingan teks dan foto yang tidak sesuai,” kata Aidi.

Menurut Aidi, pihaknya sempat meminta Rebecca melakukan klarifikasi dan meminta maaf kepada anggota TNI mengenai postingan di akun twitternya. Namun, kata Aidi, Rebecca menolak untuk meminta maaf dan mengatakan bahwa itu adalah pendapat pribadinya yang ia sampaikan melalui akun pribadinya.

“Kami tidak melarang jurnalis BBC melakukan liputan, namun untuk Rebecca kami laporkan ke pihak kepolisian karena dikhawatirkan akan menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan,” kata Aidi.

Kembali ke Jakarta

Dikonfirmasi terpisah, Kepala Seksi Pengawasan Orang Asing Imigrasi Tembagapura, Timika, Wisnu mengatakan pihaknya sudah memeriksa Rebecca dan tidak tidak menemukan pelanggaran administrasi. Menurut Wisnu, pemeriksaan berlangsung sejak Jumat (2/2) siang pukul 14.00 WIT hingga pukul 20.00 WIT.

“Kami sudah memeriksa yang bersangkutan dan tidak ditemukan pelanggaran administrasi. Mengenai kasus yang bersangkutan dari Asmat, kami sudah berkoordinasi dengan Direktorat Jenderal Imigrasi di Jakarta,” kata Wisnu melalui telepon selulernya, Sabtu (3/2) sore.

Wisnu mengatakan bahwa pihaknya hanya memeriksa Rebecca sementara dua rekannya tidak. Menurutnya, Rebecca dan kedua rekannya diketahui sudah kembali ke Jakarta. “Mereka sudah kembali ke Jakarta,” kata Wisnu.

Juru bicara Direktorat Jenderal Imigrasi Agung Sampurno mengatakan dalam pernyataan tertulisnya, twitter Henschke menyinggung tidak hanya kepada pemerintah tapi juga untuk rakyat Indonesia, juga mempermasalahkan jurnalisme sebagai sebuah profesi.

“Kebijakan imigrasi nasional adalah kebijakan selektif, dimana hanya orang asing yang memberi manfaat kepada negara diperbolehkan untuk berkunjung dan tinggal di Indonesia,” tulisnya. Selanjutnya, Agung menyatakan bahwa Henschke sekarang sedang diselidiki dan diawasi Tim PORA. (Mas/Ong)

Komentar