Connect with us

Nasional

Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) untuk Mendukung Pengembangan Pariwisata di Raja Ampat

Published

on

JAKARTA, Kabartanahpapua.com – Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Direktorat Jenderal Cipta Karya telah merampungkan pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) di Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat.

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengatakan pembangunan IPLT sebagai wujud komitmen Kementerian PUPR meningkatkan layanan sanitasi sebagai salah satu pelayanan dasar kepada masyarakat.

Pembangunan IPLT ini, kata Basuki, untuk mengurangi pencemaran dari limbah tinja sekaligus meningkatkan kenyamanan daerah wisata.

“Dengan adanya fasilitas ini, limbah tinja yang dibawa truk tinja secara periodik akan diolah di IPLT ini. Hasil pengolahannya aman dibuang ke saluran air dan diharapkan bisa mengurangi pencemaran air dan tanah dari bakteri ecoli,” kata Basuki beberapa waktu lalu.

(Baca Juga: Arkeolog Desak Pemerintah Berupaya Kembalikan Barang Cagar Budaya yang Dijual di Eropa)

IPLT Raja Ampat mulai dibangun pada 17 Juli 2019 dan rampung pada 13 Desember 2019. Fasilitas yang dibangun meliputi bangunan solid separation chamber (SSC), anaerobic baffle reactor (ABR), drying area (DA), kolam fakultatif, kolam maturasi, bak Indikator, kolam wetland, serta kantor pengelola, dan bangunan penunjang lainnya.

Setelah beroperasi, kata Basuki, IPLT ini mampu mengolah limbah tinja sebanyak 50 meter kubik per hari.

“IPLT Raja Ampat yang dibangun menggunakan dana APBN sebesar Rp4,6 miliar. IPLT ini dibangun jauh dari permukiman warga sehingga diharapkan masyarakat tidak terdampak polusi udara,” ujar Basuki.

Menurutnya, pembangunan IPLT Raja Ampat sekaligus upaya Kementerian PUPR untuk mendukung pengembangan pariwisata di wilayah Kepulauan Raja Ampat yang merupakan salah satu dari 10 Kawasan Stategis Pariwisata Nasional (KSPN).

Kabupaten Raja Ampat memiliki luas wilayah 46.108 kilometer persegi yang terbagi menjadi 10 distrik (kecamatan), 86 kampung, dan 6 dusun.

“Penataan KSPN Raja Ampat dikerjakan secara terpadu, baik penataan kawasan, jalan, penyediaan air baku dan air bersih, pengelolaan sampah, sanitasi, dan perbaikan hunian penduduk,” papar Basuki.

(Baca Juga: Dampak dari Pembangunan Infrastruktur Dapat Dirasakan oleh Sektor Pariwisata)

Sebelumnya, Kementerian PUPR juga telah melakukan penataan kawasan wisata Bukit Piaynemo, yang merupakan salah satu ikon Raja Ampat. Penataan dilakukan dengan membangun anak tangga menuju puncak bukit, kios suvenir, gardu pandang, rest area, serta tambatan perahu apung dan perahu kayu.

Dengan dibangunnya anak tangga sebanyak 320 buah, diharapkan meningkatkan kenyamanan dan mempermudah wisatawan menuju puncak bukit dengan waktu tempuh sekitar 20 menit.

“Penataan kawasan wisata Bukit Piaynemo menghabiskan dana sebesar Rp19,9 miliar yang bersumber dari APBN Tahun Anggaran 2018,” ucap Basuki. (Fox)

Komentar