Published
7 tahun agoon
TIMIKA, Kabartanahpapua.com – Tentara Nasional Indonesia (TNI) berhasil mengevakuasi 8 guru SD Inpres Arwanop yang sempat mengalami penganiayaan dan pelecehan seksual dari anggota kelompok kriminal separatis bersenjata (KKSB), Kamis (19/4/2018) pagi. Sebelumnya, 50 personel gabungan dari Yonif 751/ Raider dan Yonif 754/ ENK serta Brigif 20/ IJK berhasil mengusir anggota KKSB yang sempat menguasai Kampung Arwanop, Distrik Tembagapura.
“Sekitar pukul 05.30 WIT, empat tim pasukan saya sudah masuk menguasai daerah ketinggian setelah sebelumnya melakukan pembersihan dan sekarang situasi sudah dikuasai,” ujar Komandan Satgas Terpadu TNI-Polri Kolonel Inf Frits Pelamonia di Hanggar Penerbad Bandar Udara Mozes Kilangin Timika, Kabupaten Mimika, Kamis (19/4/2018).
(Baca Juga: Pasukan TNI Berusaha Evakuasi 17 Guru Bantu dari Kampung Arwanop)
Kepala Penerangan Kodam XVII Cenderawasih Kolonel Inf Muhammad Aidi (kiri) dan Komandan Satgas Terpadu TNI-Polri Kolonel Inf Frits Pelamonia (kanan). (ong/Kabartanahpapua)
Kepada masyarakat yang berkumpul di Bandara Aingogin, Frits menegaskan bahwa warga tidak perlu takut karena pihaknya sudah mengamankan kampung Arwanop dan sekitarnya. Dia meminta agar warga kembali beraktivitas seperti biasa.
“Kami salut dengan antusias warga Arwanop dan sekitarnya. Mereka dengan sukarela berkumpul di Bandara Aingogin dan disitu kami mengimbau agar warga tidak perlu takut dan kembali beraktivitas seperti biasa karena KKSB sudah diusir keluar dari kampung,” kata Frits.
Setelah berbicara dengan warga, kata Frits, pihaknya lalu mengevakuasi para guru yang sempat mengalami penganiayaan dari anggota KKSB, Jumat (13/4) pekan lalu. Para guru yang berasal dari SD Inpres Arwanop dan SD Inpres Jagamin sempat diamankan oleh kepala kampung menghindari penganiayaan dari anggota KKSB.
“Ada 13 guru yang berhasil dievakuasi ke Timika menggunakan dua pesawat Helikopter Bell milik Penerbad.Saat ini masih tersisa 5 orang yang akan dievakuasi pada Jumat (20/4) besok karena kondisi di Arwanop sudah tertutup kabut sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan evakuasi,” kata Frits.
Kepala SD Inpres Arwanop Philipus Lefteuw dan Kepala SD Inpres Jagamin Willem Bagau tak kuasa menahan isak tangis saat menjemput 13 guru yang berhasil dievakuasi dari Arwanop ke Timika. Dua guru perempuan bahkan jatuh pingsan saat pertemuan mengharukan di Helipad Penerbad.
Selanjutnya para kepala sekolah ini, mendampingi para guru yang diantaranya adalah guru kontrak dan guru PPL (program pegalaman lapangan) ke Rumah Sakit Mitra Masyarakat Timika untuk melakukan visum karena sempat mengalami penganiayaan dari anggota KKSB.
Kepala SD Inpres Arwanop Philipus Lefteuw. (ong/Kabartanahpapua)
Kepala SD Inpres Arwanop Philipus Lefteuw mengaku geram dengan penganiayaan dan pelecehan seksual yang menimpa para guru pekan lalu. Pasalnya, setelah belasan tahun mengabdi di tempat itu tak pernah ada kejadian seperti ini. “Saya menyesalkan kenapa kejadian kemarin terjadi, padahal berkat kehadiran para guru ini, anak-anak usia sekolah di daerah terisolir bisa mendapat pendidikan,” kata Philipus kepada wartawan di Hanggar Penerbad Timika.
Menurutnya, sejak program pengiriman guru ke daerah terisolir dari Pemerintah Kabupaten Mimika mulai 2016 lalu, proses belajar mengajar di Arwanop berjalan lancar. Untuk mengejar target baca tulis, kata Philipus, tak jarang para guru memberi pelajaran sore kepada anak yang sangat didukung oleh para orang tua siswa.
“Padahal saya sudah memberikan PR (pekerjaan rumah) besar kepada para guru kontrak dan PPL, bahwa pada akhir April setengah dari siswa kelas 1 yang berjumlah 70 orang harus bisa baca tulis. Saat ini semua siswa kelas 2, 3, dan 4 sudah bisa membaca dan menulis,” kata Philipus yang mengajar di Arwanop sejak 1993.
(Baca Juga: Bupati Mimika Minta TNI Kejar Pelaku Pemerkosa Guru Bantu)
Di SD Inpres Arwanop ada 8 orang guru yakni 1 pegawai negeri sipil (PNS), 4 orang guru kontrak dan 3 PPL dari KPG. Sehari sebelum kejadian, kata Phipus, ia hendak meminta para guru untuk meminta izin kepada kepala kampung untuk meninggal sekolah jika kondisi tidak nyaman menyusul kejadian di Kampung Banti dan Opitawak.
“Pada hari Kamis (12/4), mereka memberikan makanan tambahan untuk anak-anak dan saya menyampaikan pesan untuk kepala kampung. Namun pada hari Jumat (13/4) saya tidak bisa menghubungi mereka, hingga Kepala Kampung Jonatan Beanal mengabarkan bahwa Arwanop hancur. Ada sekelompok orang dari luar kampung menyerang sekolah,” kata Philipus.
Akibat kejadian itu, ia mengaku terpaksa menutup sekolah untuk sementara waktu menyusul kejadian yang menimpa para guru. (Ong)
Semua Guru Berhasil Dievakuasi dari Arwanop, Pasukan TNI Masih Bertahan
Evakuasi Guru dari Arwanop Ditunda Karena Kendala Cuaca
Kasdam Cenderawasih: Lihat Orang Bawa Senjata, Segera Lapor ke Aparat
Eltinus Omaleng: Pemda Mimika Segera Membangun Pos TNI-Polri di Banti
Dua Korban Kontak Tembak Dievakuasi ke RS SOS Tembagapura
50 Personel TNI Rebut 3 Kampung yang Dikuasai TPN-OPM di Tembagapura