Timika, KTP.com – Pangdam XVII Cenderawasih Mayjen TNI Saleh Mustafa membantah tudingan kelompok kriminal bersenjata (KKB) bahwa TNI-Polri akan melakukan operasi militer yang mengakibatkan warga Distrik Paro, Kabupaten Nduga eksodus.
Untuk diketahui, dalam beberapa hari terakhir warga Distrik Paro meninggalkan kampung halamannya menyusul rentetan aksi teror yang dilakukan KKB di wilayah tersebut.
“Bermunculan informasi bahwa TNI-Polri akan melakukan operasi dengan melakukan upaya paksa atau tindakan kekerasan seperti bom. Itu tidak benar,” kata Saleh dalam konferensi pers di Kantor Pelayanan Polres Mimika, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah, Jumat (10/2/2023).
(Baca Juga: Pilot Itu Profesi Mulia, PJ Bupati Nduga Minta Egianus Kogoya dan Kelompoknya Segera Bebaskan Pilot Susi Air)
Pangdam justru balik menuding KKB yang menjadi penyebab eksodusnya warga Paro karena takut menjadi sasaran kekerasan.
“Namun, mungkin saja masyarakat takut karena isu tidak benar yang disebar KKB,” ujarnya.
Saleh mengungkapkan bahwa operasi yang dilakukan TNI-Polri dalam dua hari terakhir adalah operasi kemanusiaan untuk menyelamatkan nyawa manusia.
“Pada Rabu (8/2/2023) lalu, kami mengevakuasi 15 pekerja yang diancam KKB, dan hari ini kami membantu mengevakuasi warga Paro yang eksodus atas permintaan Bupati. Tadi kami sudah evakuasi 25 orang yang lemah ke Kenyam dan saat ini dilakukan tindakan medis.”
“Provokasi yang dilakukan KKB untuk menyudutkan pemerintah seolah akan melakukan tindak militeristik, menjatuhkan bom di Paro, semua itu tidak benar,” paparnya.
(Baca Juga: 15 Pekerja Bangunan Berhasil Dievakuasi, Danrem 172 Puji Dukungan Warga Nduga)
Bantahan senada disampaikan Wakapolda Papua Brigjen Pol Ramdani Hidayat. Ia menegaskan bahwa informasi yang beredar terkait ancaman bom adalah hoaks.
“Kami hanya ingin masyarakat di Paro aman dan tertib, tidak mungkin melakukan hal seperti itu,” ujarnya.
Ramdani mengaku pihaknya saat ini sedang berusaha melakukan pendataan penduduk Distrik Paro pasca-pengungsian massal ini. Ia juga mengaku kesulitan karena di wilayah itu tidak ada pos Polisi ataupun TNI.
“Kami tidak dapat memastikan berapa penduduk Distrik Paro yang tersisa, namun saat evakuasi tadi masyarakat yang kita temui cukup banyak sehingga kemungkinan wilayah itu sudah kosong,” katanya.
(Baca Juga: Aparat Gabungan TNI-Pori Kembali Evakuasi Warga Imbas Teror KKB di Paro, Kabupaten Nduga)
Seperti diketahui, KKB pimpinan Egianus Kogeya melakukan rentetan aksi teror di Distrik Paro sepekan terakhir. Pertama mereka mengancam 15 pekerja yang membangun Puskesmas namun berhasil diselamatkan warga setempat.
Aksi KKB berlanjut dengan membakar pesawat Susi Air PK-BVY di Lapangan Terbang Paro, Selasa (7/2/2023) lalu. Mereka diduga menyandera pilot Susi Air berkebangsaan Selandia Baru, Philip Mark Mehrtens yang hilang sejak kejadian tersebut. (GOW/ONG)