Connect with us

Tanah Papua

Bupati Asmat: KLB Gizi Buruk, Akumulasi Kelalaian Pemerintah dan Masyarakat

Published

on

AGATS, Kabartanahpapua.com – Bupati Asmat, Elisa Kambu mengakui kejadian luar biasa (KLB) penyebaran wabah campak dan gizi buruk akibat akumulasi kelalaian masyarakat akan budaya hidup sehat dan keterbatasan pemerintah untuk memberikan pelayanan kesehatan yang baik.

Pertama rendahnya kesadaran masyarakat terhadap masyarakat, seperti budaya hidup sehat. Ia mencontohkan keengganan orang tua membawa anaknya ke puskesmas atau puskesmas pembantu (pustu) untuk mendapat imunisasi.

“Mereka umumnya tidak mau anaknya diimunisasi karena setelah imunisasi, anak kadang menderita demam. Itu yang membuat mereka takut dan tidak mau lagi anak mereka mendapat imunisasi,” kata Elisa di Posko Penanggulangan Campak dan Gizi Buruk di Agats, Kabupaten Asmat, Rabu (7/1/2018).

(Baca: drg Aloysius Giay: Kasus Penyakit dan Kematian Ini Sudah Berulang Kali di Asmat)

Kedua, kata Elisa, karena masyarakat umumnya hidup berpindah-pindah dan lebih banyak tinggal di hutan selama berhari-hari. Saat pelaksanaan imunisasi mereka tidak ada di kampung. “Inilah penyebab sehingga pelaksanaan imunisasi tidak tuntas,” kata Elisa.

Elisa juga mengakui Pemerintah Daerah Kabupaten Asmat mengalami banyak kendala untuk menghadirkan pelayanan kesehatan yang memadai bagi masyarakat. Dengan kondisi geografis berada di daerah berawa sehingga semua transportasi harus menggunakan perahu motor.

“Berbeda dengan di Jawa, dengan modal 5 liter bensin misalnya sudah bisa menemui ribuan warga. Sementara di Asmat, untuk datang kesatu distrik minimal menghabiskan bbm hingga 300 liter. Kalikan sendiri dengan harga BBM Rp20.000 perliter. Itu belum termasuk jika harus masuk ke kampung-kampung,” kata Elisa.

Kendala lain, karena perjalanan sangat sulit karena bergantung pada pasang surut air sungai, sementara untuk jalur laut tergantung kondisi laut. “Kalau kondisi laut ombak tinggi, otomatis kami tidak akan berani. Sementara untuk jalur sungai, kadang air surut hingga berhari-hari sehingga menghambat perjalanan,” kata Elisa.

Dengan adanya pelaksanaan program penanggulangan wabah campak dan gizi buruk ini, Elisa mengaku sudah melakukan tiga langkah sekaligus yakni langkah penanganan penyakit berupa pengobatan, langkah pencegahan dengan pemberian imunisasi dan langkah pendampingan.

“Dengan adanya kegiatan ini, sedikitnya 5 ribu lebih anak telah mendapat imunisasi. Kami sudah memutuskan bagi orang tua yang anaknya sakit agar diberi bantuan sembako dan makanan tambahan 200 hingga 250 paket per kecamatan. Diharapkan penyebuhan pasien anak bisa lebih cepat dan diharapkan pula dengan adanya kejadian ini masyarakat menjadi sadar akan pentingnya budaya hidup sehat,” kata Elisa.

Data yang dihimpun Posko Penanggulangan Wabah Campak dan Gizi Buruk, sudah terkumpul data 529 anak menderita campak, 9 gizi buruk dan 4 yang menderita gizi buruk dan campak yang tersebar di 7 kecamatan di Asmat.

(Baca Juga: Tim Terpadu Penanggulangan Campak dan Gizi Buruk Disebar ke 19 Distrik)

Sementara jumlah korban meninggal akibat campak dan gizi buruk berjumlah 62 anak karena campak dan 1 orang akibat gizi buruk. “Data ini secara medis belum bisa diyakini kebenarannya karena hanya berdasarkan informasi dari masyarakat dan tanpa melalui pemeriksaan medis penyebab kematian itu. Barulah pada saat kejadian, ada beberapa anak meninggal di puskesmas atau rumah sakit. Namun memang ditemukan 529 anak terkena wabah campak di lokasi berbeda di Asmat,” kata Elisa.

Untuk menangani kasus ini tidak berulang, Pemerintah Daerah Asmat akan menggalakkan Program 1.000 hari pertama kehidupan. Jadi sejak diketahui hamil, kata Elisa, maka ibu-ibu Asmat akan diberi makan hingga ia melahirkan dan demikian juga anaknya akan diberi makanan tambahan hingga berumur 2 tahun 2 bulan

“Juga dilakukan pemberian makanan untuk anak di PAUD, TK dan SD, satu hari sekali. Program yang berjalan sejak tahun kemarin terbukti telah meningkatkan kehadiran anak di sekolah,” kata Elisa.

Rencana lain yang akan dilakukan Pemda Asmat, kata Elisa, akan menggabungkan program imunisasi dengan kunjungan pejabat daerah ke kecamatan dan ke kampung-kampung. “Diharapkan pada saat itu, masyarakat yang kebanyakan hidup di hutan bisa berkumpul di kampung dan dilakukan imunisasi. Bukan hanya itu, juga bisa dilakukan perekaman data e-KTP,” kata Elisa. (Ong)

Komentar