Connect with us

Tanah Papua

Polisi Ancam Tangkap Tokoh Masyarakat yang Jadi Provokator di Kwamki Narama

Published

on

TIMIKA, Kabartanahpapua.com – Wakapolres Mimika, Kompol Arnolis Korowa mendesak para tokoh masyarakat dari Kampung Landu Mekar, Kampung Mekurima dan Kelurahan Harapan agar menghentikan tawuran antarkampung berdalih ‘perang adat’ yang sudah berlangsung selama 2 bulan.

Arnolis mengancam jika tawuran antarkampung yang sudah mengakibatkan 9 orang meninggal dunia tidak berhenti maka kepolisian akan mengambil tindakan tegas dengan hukum positif.

“Saya meminta tokoh masyarakat seperti Aser Murib, Atimus Komagal dan Hosea Ongomang harus bertanggungjawab atas bentrokan di Distrik Kwamki Narama ini. Apabila tokoh-tokoh tersebut tidak menghentikan perang saudara ini maka aparat akan mengambil tindakan tegas dengan hukum positif,” kata Arnolis di Distrik Kwamki Narama, Selasa (6/3/2018).

(Baca Juga: Tawuran Antarkampung Kian Meluas, Polres Mimika Libatkan Brimob dan TNI)

Seorang warga Kwamki Narama ditemukan tewas di pinggir jalan irigasi, Distrik Mimika Baru, Timika, Minggu (4/3) pagi

Dalam upaya menghentikan tawuran antarkampung di Kwamki, kepolisian telah menggunakan berbagai upaya persuasif seperti melakukan sosialisasi dan imbauan kepada warga kampung bertikai. Saat ini, bahkan ada 20 personel TNI dan Brimob, sudah dilibatkan namun tetap saja warga kedua kampung terus berupaya untuk saling serang.

“Intinya polri tidak melakukan pembiaran dan tidak akan memberi ruang kepada warga kedua kampung untuk saling serang. Kami akan terus berupaya melerai pertikaian warga yang menyita senjata tajam milik warga bertikai,” kata Arnolis.

Sejak seorang pelajar SD terbunuh akibat pertikaian ini, kata Arnolis, kepolisian sudah mengambil langkah tegas dengan menangkap orang-orang yang terlibat dalam tawuran. Seperti yang terjadi pagi tadi, kepolisian langsung membubarkan kedua kelompok warga yang berusaha untuk saling serang di kebun yang terletak diantara pemukiman warga di antara Kampung Mekurima dan Kampung Landu Mekar.

Aparat langsung melepaskan gas air mata dan tembakan peluru hampa selanjutnya melakukan penyisiran dan berhasil mengamankan 2 warga yang membawa senjata tajam. “Sejak beberapa hari ini sudah 12 orang yang diamankan dalam penyisiran. Ke-12 orang ini akan diperiksa dan jika terbukti sebagai penggerak massa yang terlibat tawuran maka akan dilakukan proses hukum,” kata Arnolis.

Korban Terus Bertambah

Tawuran antarkampung yang melibatkan warga Kampung Landu Mekar dengan Kampung Mekurima kian meluas, bahkan warga Kelurahan Harapan ikut terlibat menyerang warga kampung Mekurima.

Tak hanya saling serang di Kwamki Narama, namun mereka juga saling serang di Kota Timika. Seperti kasus pembunuhan terhadap Dolu Kiwak, warga Kampung Mekurima yang ditemukan tewas di pinggir jalan Irigasi, Distrik Mimika Baru, Minggu (4/3/2018).

(Baca Juga: Polres Mimika Bubarkan Tawuran Antarkampung di Distrik Kwamki Narama)

Akibat pembunuhan ini, situasi Kwamki Narama kian mencekam dan kedua warga kampung bertikai saling intai yang sewaktu-waktu saling serang menunggu kelengahan aparat. Seperti yang terjadi Senin (5/3/2018) petang kemarin, ketika tiba-tiba dua kelompok warga saling serang di kebun yang terletak di antara pemukiman di Kwamki Narama.

Meski bentrokan menggunakan panah hanya berlangsung sekitar 30 menit sebelum dibubarkan polisi, namun satu orang warga Kampung Landu Mekar, Meliluk Ginal terbunuh. Jenazah korban pertikaian ini langsung dibakar (kremasi) sesuai kebiasaan dalam perang warga pegunungan tengah Papua.

Sejumlah anak-anak terlibat dalam tawuran antarkampung di Distrik Kwamki Narama. (ist/Kabartanahpapua.com)

Aktivitas Persekolahan Lumpuh

Pertikaian antarkampung di Kwamki Narama ini mengakibatkan aktivitas persekolahan lumpuh. Aktifitas belajar mengajar di SD Inpres Kwamki terpaksa dipindahkan ke SD Koperapoka Timika, karena halaman sekolah menjadi lokasi bentrokan. Hal serupa terjadi di SMP yang terletak tak jauh di antara Kelurahan Harapan dan Kampung Mekurima dan tidak ada pemindahan aktivitas belajar. Akibatnya sejumlah pelajar ikut terlibat dalam tawuran kampung ini.

(Baca Juga: Polsek Bandara Mozes Kilangin Timika Sita 500 Anak Panah)

Sejauh ini Pemerintah Kabupaten Mimika lepas tangan dengan pertikaian warga di Kwamki, karena menilai warga yang bertikai berasal dari Kabupaten Puncak dan Kabupaten Nduga. Bahkan warga asli Kabupaten Mimika Amungme dan Kamoro merasa terganggu dengan kebiasaan tawuran antarkampung berdalih perang suku karena telah merusak citra Kabupaten Mimika.

“Bentrokan atau tawuran antarkampung yang terjadi di Kwamki itu sudah citra orang Amungme, padahal kami sudah lama meninggalkan kebiasaan itu. Harusnya warga di Kwamki sadar bahwa Kabupaten Mimika adalah tempat orang mencari hidup, bukan untuk mencari hidup dengan melakukan kejahatan dan bunuh-bunuhan,” kata salah seorang tokoh Amungme yang ditemui di Lembaga Masyarakat Adat Amungme (Lemasa), Senin (5/3/2018) kemarin. (Ong)

Komentar