Published
7 tahun agoon
AGATS, HaIPapua.com – Wakil Komandan Satgas Kesehatan (Satgaskes) TNI, Kolonel Kav Ketut Adi Sudiasta Putra mengatakan bahwa Kabupaten Asmat masih membutuhkan banyak tenaga medis untuk melakukan pendampingan dan pelayanan kesehatan di 224 kampung paska tanggap darurat kejadian luar biasa (KLB) campak.
Menurut Adi Sudiasta, pada fase pemulihan dan penanganan stunting saat ini, sangat dibutuhkan ketersediaan tenaga medis di setiap kampung sehingga pendampingan dapat berkesinambungan secara efektif dan efisien. Hal tersebut disampaikan Adi Sudiasta saat menerima rombongan dari Universitas Hasanuddin dan Rumah Zakat di Posko Kesehatan Terpadu di Agats, Kabupaten Asmat, Jumat (9/2/2018) kemarin.
(Baca Juga: Ini Kegiatan Satgas Kesehatan TNI Paska KLB Campak)
“Saat ini Kabupaten Asmat membutuhkan orang-orang yang mau tinggal dalam waktu lama dan bukan datang sebentar untuk mengambil dokumentasi lalu kembali,” kata Adi Sudiasta.
Adi Sudiasta meminta kepada pihak-pihak yang hendak memberikan bantuan atau bergabung dengan tim kesehatan agar berkoordinasi dengan Posko Kesehatan Terpadu agar bisa terkoordinir dengan baik dan informasi yang disampaikan tidak simpang siur.
“Disamping itu, faktor keamanan menjadi hal yang paling penting mengingat kondisi alam di Kabupaten Asmat. Kami khawatir jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan justru akan merepotkan tim terpadu,” kata Adi Sudiasta yang saat ini menjabat sebagai Kasrem 174 ATW Merauke.
Pada kesempatan itu pimpinan rombongan Unhas, Prof DR Idrus Paturusi mengungkapkan rombongan yang terdiri dari 19 orang ini terdiri dari Tim Medis, Kesehatan dan Tim Multidisiplin untuk membantu penanganan gizi buruk di Asmat.
“Dalam rombongan kami ada 7 dokter spesialis yang akan tinggal di Asmat selama 1 bulan. Selanjutnya Unhas akan mengirim residen-residen senior untuk menggantikan tim ini. Selanjutnya kami menitipkan tim kesehatan Unhas dan kami hanya meminta disediakan tempat tinggal. Untuk hal-hal lain sudah ditanggung Unhas,” kata profesor masalah kedaruratan itu.
“Unhas juga menawarkan jika ada tenaga kesehatan Diploma 3 di Asmat yang hendak melanjutkan pendidikan, kami menawarkan pendidikan S1,” kata Idrus.
(Baca Juga: Tantangan Kesehatan Papua: Alam, Manusia, dan Tatakelola)
Sebelumnya, rombongan Tim Kemanusiaan Unhas ini dilepas langsung oleh Menteri Sosial Idrus Marham yang saat itu sedang berada di Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (5/2/2018) lalu. Tim Unhas yang dipimpin Idrus Paturusi terdiri dari 19 orang, yang terdiri dari dokter residen senior dari barbagai bidang seperti gizi, penyakit dalam, obgyn, gigi, perawat serta enam profesor dari berbagai bidang keilmuan.
Tim di level pimpinan ini akan berada di Asmat selama sepekan untuk mencerna keadaan yang ada dan memberikan garis tindakan yang harus dilakukan, sementara para dokter dan tim medis akan bekerja selama sebulan.
Rektor Unhas, Prof DR Dwia Aries Tina Pulubuhu mengatakan kepada sejumlah media saat melepas rombongan Unhas mengungkapkan alasan pengiriman tim karena besarnya skala masalah di Asmat dan ada aspek kedaruratan didalamnya. Setelah pengiriman tim pendahulu tersebut, kata Dwia, Unhas akan mengirim tim yang lebih lengkap seperti antropolog, pakar ekonomi dan pakar pertanian.
“Kami mengucapkan terima kasih atas kerja sama Kemensos. Ini baru tahap awal. Ke depan, kami sudah menyiapkan program jangka panjang yang sudah kami susun. Termasuk kemungkinan mendirikan program pendidikan berbasis vokasional yang bekerja sama dengan perguruan tinggi setempat,” katanya.
Persoalan gizi buruk di Asmat berkaitan dengan aspek ekonomi, sosial dan budaya. Karenanya, Dwia mengaku sudah menginstruksikan agar program-program KKN Unhas dan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat Unhas diarahkan ke wilayah Asmat. (Ong)