Connect with us

Tanah Papua

Potensi Ancaman dan Pemicu Konflik Pilkada di Papua

Published

on

Jayapura, Kabartanahpapua.com – Kapolda Papua, Irjen Pol Boy Rafli Amar mengatakan penyebab utama terjadinya konflik pada pemilihan kepala daerah (pilkada) karena pasangan calon tidak siap untuk menerima kekalahan.

Berdasarkan hasil analisa dan evaluasi pilkada 2017 lalu, kata Boy Rafli, karena pasangan calon ataupun tim sukses tidak siap menerima kekalahan meski sudah menandatangani deklarasi pilkada damai.

“Kita berharap deklarasi pilkada damai, siap kalah dan siap menang ke depan betul dilaksanakan dan tidak hanya slogan,” kata Boy Rafli dalam apel gelar pasukan pengamanan pilkada serentak di Mako Brimob Kotaraja, Jayapura, Jumat (5/1/2018).

Boy Rafli menjelaskan penyebab lain terjadi konflik pada pilkada karena adanya dendam politik periode sebelumnya.  Kondisi ini diperkeruh politisasi yang dilakukan oleh elit politik untuk melakukan mobilisasi massa.

Selain itu, kata dia, adanya intervensi dari birokrat yang mempengaruhi pilihan para aparatur sipil negara (ASN). “Adanya mobilisasi massa dan intervensi birokrat mempengaruhi pilihan ASN yang seharusnya netral seperti TNI dan Polri,” kata mantan Kadiv Humas Mabes Polri ini.

Mantan Kapolda Banten ini juga menyinggung potensi konflik akibat masih minimnya kualitas sumber daya manusia (SDM) penyelenggara di tingkat distrik dan kampung. Sistem noken yang masih diperbolehkan juga potensial menimbulkan konflik antarsuku atau kelompok.

“Pemekaran wilayah seperti distrik atau kampung dan pemindahan kantor distrik yang terjadi di beberapa daerah digunakan sebagai strategi pemenangan pilkada,” kata Boy Rafli.

(Baca Juga: 14.506 Personel Gabungan Amankan Pilkada Serentak di Papua)

 

Potensi Ancaman Pilkada 2018

Boy Rafli juga mengungkapkan potensi yang harus diantisipasi pada pilkada 2018 seperti meningkatnya angka kriminalitas sejak akhir 2017. Selain itu, merebaknya ujaran kebencian melalui media sosial marak sejak setahun terakhir.

“Perkembangan teknologi yang telah disalahgunakan untuk menyebar kebencian sangat berbahaya karena bisa menimbulkan perpecahan. Terlebih karena masyarakat sangat mudah diprovokasi serta kebiasaan mengkonsumsi minuman beralkohol atau miras dan kebiasaan membawa senjata tajam,” katanya.

Ia berharap dengan belajar dari pengalaman 2017 lalu dan antisipasi dini semua potensi konflik diharapkan pelaksanaan pilkada serentak 2018 dapat berlangsung aman, damai dan demokratis.

“Harapan damai, aman dan demokratis ini yang sedang diupayakan Polri dan TNI dengan bersinergi dengan tokoh masyarakat untuk ikut serta menjaga keamanan di Provinsi Papua,” pungkas Boy Rafli. (Mas)

Komentar