JAYAPURA, Kabartanahpapua.com – Kepala Penerangan Kodam XVII Cenderawasih Kolonel Inf Muhammad Aidi menduga ada korban lain di luar pekerja PT Istaka Karya (Persero) saat terjadi pembantaian di lereng bukit Puncak Kabo, Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Minggu (2/12/2018) lalu.
Pasalnya, kata dia, dari pengakuan warga asli di Distrik Yal dan Yigi bahwa para pekerja dan masyarakat setempat dimintai uang untuk peringatan HUT OPM di Distrik Yigi.
“Ketika 25 pekerja PT Istaka Karya yang dijemput di kamp pekerja di Distrik Yal dan digiring ke Kali Karunggume, anggota KKSB juga melakukan penyisiran terhadap warga asli dan pendatang di Distrik Yal,” kata Aidi di Timika, Kamis (6/12/2018).
(Baca Juga: 16 Jenazah Korban Kebiadaban KKSB Dievakuasi ke Timika)
Dari pengakuan sejumlah warga asli yang kemudian melarikan diri ke Distrik Mbua dan diamankan di Pos TNI diketahui bahwa mereka sempat menyembunyikan beberapa pekerja yang tinggal bersama mereka. Berbagai cara digunakan untuk melindungi para pekerja dari kejaran KKSB seperti memasang badan atau berbohong.
“Ekira Lokbere misalnya, memasang badan terhadap dua pekerja yang tinggal di rumahnya. Sementara Endis Tabuni terpaksa berbohong bahwa ia sudah meminta para pekerja itu keluar dari rumahnya,” papar Aidi.

Evakuasi jenazah korban pembantaian di helipad Bandara Udara Mozes Kilangin Timika. (Mas)
Menduga Pekerja adalah Anggota TNI
Dari pengakuan sejumlah warga asli setempat yang ikut diamankan TNI ke Timika, kata Aidi, terungkap bahwa pembantaian biadab itu kemungkinan sudah direncanakan sejak awal. Para anggota KKSB ini, menduga para pekerja itu adalah anggota TNI yang diperbantukan membangun jalan Trans Papua.
“Informasi awal dari Pendeta Wilhelmus Kogoya menduga bahwa penyebab kemarahan KKSB ini karena mengambil foto saat peringatan HUT OPM. Tapi keterangan itu dibantah oleh warga yang dievakuasi ini bahwa mereka menduga pekerja itu adalah anggota TNI yang membantu membangun jalan,” papar Aidi.
Aidi menyesalkan alasan tersebut, karena kehadiran pekerja di Distrik Yigi dan Yal untuk membantu mengatasi keterisolasian wilayah Kabupaten Nduga. Jika mereka memang mencurigai pekerja ini sebagai anggota TNI seharusnya tidak langsung dibantai tapi bisa saja diinterogasi lebih dulu.
“Kalaupun mereka anggota TNI, tapi mereka di sana hadir untuk membangun daerah itu dan tidak melakukan kegiatan yang merugikan warga setempat,” ucapnya.
(Baca Juga: Pembantaian di Nduga Bukan Kriminal Biasa, Tapi Aksi Terorisme oleh OPM)
Menurutnya, tindakan KKSB pimpinan Egianus Kogoya yang melakukan pembantaian di Distrik Yal dan Yigi sudah diluar batas kemanusiaan. Mereka membantai pekerja dan melarang orang mengevakuasi jenazah.
Informasi terakhir, upaya evakuasi jenazah dari Distrik Yal ke Timika kembali dihadang KKSB dan masih berlangsung kontak tembak.
“Kami saja kalau sudah perang langsung mengevakuasi seluruh korban yang meninggal untuk dimakamkan tanpa membedakan musuh atau kawan. Karena yang kami lawan itu bukan manusianya, tapi niatnya, pikirannya, dan emosinya,” kata Aidi.
“Saya tidak mengerti lagi apakah mereka itu punya rasa kemanusiaan atau jangan-jangan mereka bukan manusia. Saya rasa manusia tidak akan bertindak sekeji itu. Tindakan mereka sudah lebih binatang dari binatang, lebih iblis daripada iblis,” ucap Aidi geram.
Hingga siang ini, aparat TNI-Polri masih melakukan evakuasi warga yang selamat dari Distrik Mbua dan jenazah korban pembantaian dari Distrik Yal. Jenazah korban pembantaian kemudian diidentifikasi tim dokter Polda Papua di RS Mitra Masyarakat Timika. (Rex)