Connect with us

Tanah Papua

Tanggapan Kodam Cenderawasih Terkait Tuduhan Operasi Militer di Kabupaten Nduga

Published

on

JAYAPURA, Kabartanahpapua.com – Kepala Penerangan Kodam XVII Cenderawasih Kolonel Inf Muhammad Aidi membantah pemberitaan terkait pengejaran yang dilakukan aparat TNI-Polri terhadap anggota kelompok kriminal separatis bersenjata (KKSB) di Distrik Yigi, Yal, dan Mbua, Kabupaten Nduga yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa masyarakat sipil.

Menurut Aidi, sejauh ini aparat TNI-Polri hanya melakukan operasi pencarian dan evakuasi terhadap pekerja yang menjadi korban pembantaian biadab KKSB di lereng bukit Puncak Kabo, Distrik Yigi, pekan lalu.

“Aparat TNI-Polri justru yang menjadi sasaran penyerangan saat hendak melakukan evakuasi terhadap jenazah korban pembunuhan biadab KKSB,” ujar Aidi di Jayapura, Minggu (9/12/2018).

(Baca Juga: Evakuasi Anggota Yonif 755 Yalet Diwarnai Kontak Tembak dengan KKSB)

Aidi mencontohkan, proses evakuasi jenazah Sertu Anumerta Handoko yang gugur saat Pos TNI Yonif 755/Yalet yang tertunda sehari karena diserang KKSB. Helikopter TNI yang hendak mengevakuasi 16 jenazah pekerja juga jadi sasaran penembakan KKSB.

“Upaya aparat TNI-Polri yang berusaha mengamankan jalur evakuasi menggunakan heli berujung kontak tembak. Dalam kejadian itu anggota Brimob Bharatu Wahyu tertembak,” katanya.

Mantan Dandim 1702 Jayawijaya ini menjelaskan bahwa lokasi pembantaian dan jalur evakuasi jauh dari pemukiman warga. Karena itu, ia mengaku heran jika ada informasi warga sipil yang dikabarkan tewas tertembak.

“Jika kemudian disebutkan ada warga sipil yang meninggal tertembak aparat TNI-Polri, maka diduga kuat mereka adalah anggota atau simpatisan Organisasi Papua Merdeka (OPM) pimpinan Egianus Kogoya yang melakukan pembantaian biadab pekerja PT Istaka Karya,” papar Aidi.

Kepala Penerangan Kodam XVII Cenderawasih, Kolonel Inf Muhammad Aidi. (Kabartanahpapua.com)

Penyesatan Informasi dari Simpatisan Papua Merdeka

Aidi juga mengaku heran dengan informasi yang disampaikan Kepala Distrik Nirkuri Yosekat Kamarigi yang menyebut aparat TNI-Polri melakukan serangan udara dan penggunaan bom yang menewaskan warga sipil.

“Aparat TNI-Polri yang dikirim ke Distrik Mbua, Yigi, dan Yal hanya dilengkapi senjata standar infanteri tanpa menggunakan peralatan militer berat. Kami juga hanya menggunakan heli angkut jenis Bell dan MI-17 untuk melakukan evakuasi. Kalaupun diserang mereka hanya memberikan tembakan balasan tanpa menggunakan bom,” ujar Aidi.

(Baca Juga: Perayaan HUT Kemerdekaan RI di Papua Berlangsung Meriah, Tidak Terpengaruh Propaganda OPM)

Ia berharap agar media harus jeli dan berhati-hati mengutip perkataan narasumber yang mengklaim mengetahui informasi lapangan karena wilayah tersebut berada di area blank spot dan hanya bisa dijangkau dengan radio SSB atau telepon satelit.

Pemelintiran informasi, kata Aidi, sudah berulang kali dilakukan simpatisan Papua Merdeka saat aparat TNI-Polri berencana melakukan upaya penegakan hukum. Ia mencontohkan tuduhan penggunaan roket saat anggota TNI-Polri membebaskan ribuan warga Tembagapura yang disandera OPM.

Demikian juga saat pengejaran Egianus Kogoya dan pengikutnya di Kampung Alguru, Distrik Krepkuri, Kabupaten Nduga yang menyebut aparat TNI-Polri melakukan operasi militer menggunakan serang bom ke perkampungan warga pada Juli lalu.

Terakhir, menuding aparat membunuh warga sipil di antaranya ibu dan anak di Tinggineri, Distrik Tingginambut, Kabupaten Puncak Jaya ketika Satgas Penegakan Hukum TNI-Polri mengejar Goliat Tabuni.

“Setiap kali aparat TNI-Polri hendak melakukan penegakan hukum, para simpatisan Papua Merdeka ini membangun opini seolah-olah TNI-Polri melakukan pembantaian terhadap warga sipil yang tidak berdosa,” kata Aidi.

“Kesaksian korban pembantaian di Nduga yang selamat menjadi bukti siapa sesungguhnya penjahat kemanusiaan. Itulah sebabnya mereka berusaha mengejar semua korban karena takut aksi brutal mereka diketahui masyarakat umum,” tambahnya.

(Baca Juga: Kodam Cenderawasih dan Polda Papua Bantah Isu Operasi Militer di Nduga)

Seperti yang diberitakan sebelumnya, KKSB pimpinan Egianus Kogoya telah membantai 25 pekerja PT Istaka Karya yang membangun jembatan di Kali Yigi dan Kali Aurak pada Minggu (2/12/2018).

Dalam kejadian itu 11 orang pekerja berhasil lolos, namun kembali di kejar anggota KKSB. Belakangan 4 pekerja ditemukan selamat dan 17 jenazah ditemukan. Saat ini aparat TNI-Polri masih mencari 4 pekerja yang belum ditemukan. (Ong)

Komentar