Connect with us

Nasional

Siapkan Generasi Cerdas 2040, Pemerintah Canangkan Gerakan Nasional Pencegahan Stunting

Published

on

JAKARTA, Kabartanahpapua.com – Kepala Staf Kepresidenan didampingi Menteri Kesehatan, Menteri Kelautan dan Perikanan, Menteri Agraria dan Tata Ruang, dan perwakilan kepala daerah memimpin Deklarasi Kampanye Nasional Pencegahan Stunting di area Monumen Nasional (Monas), Jakarta, Minggu (16/9/2018).

Deklarasi ini menandai Pemerintah resmi memulai Gerakan Nasional Pencegahan Stunting dengan tema Cegah Stunting untuk Generasi Cerdas Indonesia.

“Terima kasih kepada Ibu-ibu di seluruh Indonesia yang sudah merawat anak-anaknya dengan upaya memprioritaskan nutrisi dan gizi, sehingga anak-anak kita tidak menderita stunting,” ujar Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko.

(Baca Juga: Tangani Stunting, Pemerintah Libatkan Sebanyak Mungkin Kementerian dan Lembaga)

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak usia bawah lima tahun akibat kekurangan gizi kronis, terutama pada 1.000 hari pertama kehidupannya. Stunting mengakibatkan terhambatnya perkembangan otak dan tumbuh kembang anak. Misalnya, tinggi badan balita stunting lebih rendah daripada standar umurnya.

Ketika beranjak dewasa, anak stunting rentan terhadap penyakit, kurang berprestasi di sekolah, rentan mengalami kegemukan, dan ketika dewasa lebih mudah terkena berbagai penyakit tidak menular, seperti jantung dan diabetes.

Moeldoko menegaskan kampanye nasional pencegahan stunting mendesak dilakukan karena data BPS mencatat satu dari tiga anak bawah lima tahun (balita) Indonesia masih mengalami stunting dan pada 2013 lalu mencapai 9 juta balita.

“Stunting tidak hanya terjadi pada anak dari keluarga miskin, tapi juga terjadi pada anak keluarga kaya, di kota maupun di desa,” kata Moeldoko.

Apabila kondisi itu terus dibiarkan, maka investasi apapun yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kualitas SDM menjadi tidak optimal. “Karena apapun yang kita beri, guru, laboratorium, kurikulum, atau pelatihan menjadi kurang optimal karena kemampuan otak anak-anak kita dalam menyerap ilmu pengetahuan terbatas,” papar Moeldoko.

Pada usia produktifnya, anak stunting berpenghasilan 20 persen lebih rendah daripada anak yang tumbuh optimal. “Stunting bisa menurunkan Produk Domestik Bruto (PDB) negara sebesar 3 persen. Bagi Indonesia, kerugian akibat stunting bisa mencapai Rp300 triliun per tahun,” kata Moeldoko.

Kampanye Nasional Pencegahan Stunting ini sekaligus implementasi dari Pidato Kenegaraan Presiden Joko Widodo pada 16 Agustus 2018 lalu yang menegaskan bahwa pembangunan SDM diawali sejak dari kandungan.

“Kalau kita cegah stunting dari sekarang, pada tahun 2040 nanti, ketika anak-anak ini berusia 22 tahun, mereka akan jauh lebih hebat daripada generasi sebelumnya. Ini investasi jangka panjang kita sebagai bangsa,” ucap Moeldoko.

Menekan prevalensi stunting jadi 28 persen

Stunting disebabkan oleh perilaku pola asuh dan pola makan yang tidak baik, serta sanitasi yang tidak bersih dan tidak sehat. Oleh karena itu, stunting hanya bisa dicegah dengan memperbaiki pola asuh, pola makan, dan menciptakan sanitasi yang bersih dan sehat.

(Baca Juga: Percepatan Penanganan Stunting, KSP Inisiasi Kemitraan Pemerintah dan Swasta)

Agar kondisi itu terwujud, keluarga perlu mendapatkan dukungan dari semua pihak. Pemerintah menyiapkan berbagai program dan aktivitas untuk mencegah stunting, antara lain merevitalisasi pos pelayanan terpadu (posyandu) bagi sarana pendidikan gizi dan pemantauan tumbuh kembang balita, serta melatih para petugas kesehatan dan kader agar mampu mendidik masyarakat. Juga, pemberian tablet tambah darah bagi ibu hamil serta vitamin A, obat cacing, dan imunisasi untuk balita.

“Dengan berbagai program tersebut, pemerintah menargetkan, prevalensi stunting bisa ditekan dari angka 37,2% pada 2013 menjadi 28% pada 2019,” kata Moeldoko.

Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko bersama Menkes Nila F Moeloek, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti dan Menteri ATR Sofyan Djalil melepas peserta gerak jalan santai dalam rangka Kampanye Nasional Pencegahan Stunting di Bundaran HI Jakarta. (KSP)

Melibatkan 5.000 peserta

Deklarasi di Monas menjadi titik awal penyadaran masyarakat mengenai bahaya stunting dan pencegahannya. Acara ini melibatkan 5.000 peserta dari berbagai kalangan, di antaranya TPP-PKK DKI Jakarta, Kader Posyandu DKI Jakarta, tutor PAUD DKI Jakarta, Persit Kartika Chandra Kirana, Pia Ardhya Garini, Jalasenastri, dan pegawai Kementerian Kesehatan. Dukungan juga mengalir dari Bhayangkari, mahasiswa program gizi di sekitar DKI Jakarta, dan komunitas pesepeda Bike to Work (B2W).

Seratus pesepeda anggota B2W memulai rangkaian acara dengan bersepeda dari FX Senayan menuju Bundaran Hotel Indonesia, mulai pukul 06.30 WIB. Mengenakan kaos kampanye cegah stunting, mereka diharapkan mampu menarik perhatian peserta Car Free Day.

Para peserta gerak jaan santai lalu berjalan bersama Kepala Staf Kepresidenan dan para menteri menuju area Monas dan kegiatan dilanjutkan dengan senam aerobik bersama yang dipimpin oleh instruktur senam dari komunitas Mufit.

Acara kemudian dilanjutkan dengan deklarasi gerakan nasional pencegahan stunting yang dipimpin Kepala Staf Kepresidenan didampingi para menteri dan perwakilan kepala daerah.

Dalam rangkaian kegiatan ini, juga diadakan talkshow seputar stunting dengan narasumber dr Boy Abidin (dr Oz Indonesia), Alissa Wahid, Kiki Widiasari, Zivana Letishia, dan dipandu oleh Sarah Sechan dan Cindy Sistyarani.

Pemerintah mengajak semua elemen masyarakat untuk aktif terlibat dalam gerakan pencegahan stunting ini. Jika angka stunting bisa diturunkan, pertumbuhan ekonomi bisa ditingkatkan.

(Baca Juga: Presiden Ingatkan Pentingnya Asupan Gizi untuk Ibu Hamil dan Anak Sampai Usia 2 Tahun)

Pada penyelenggaraan Kampanye Nasional Pencegahan Stunting, Pemerintah bekerja sama dengan Asosiasi Nutrisionis Olahraga dan Kebugaran Indonesia (ANOKI) dan Bike to Work (B2W), serta beberapa mitra perusahaan swasta, yakni PT Tirta Investama, PT Indofood Sukses Makmur, PT Nutrifood Indonesia, Bank Mayapada, PT Kraft Heinz ABC Indonesia, PT Japfa Comfeed Indonesia, GO-JEK, Bank Mandiri dan SUN Business Network. Keterlibatan swasta dan organisasi masyarakat dalam pencegahan stunting sesuai pilar ke-17 dari SDGs. (Fox)

Komentar